Senin, 22 Februari 2021

Efek Samping Dan Interaksi Obat Glibenclamide

Glibenclamide atau glyburide adalah obat untuk mengendalikan kadar gula darah yang tinggi pada diabetes tipe 2. Obat ini tersedia dalam bentuk tablet dan hanya boleh dikonsumsi dengan resep dokter.



Saat mengalami diabetes tipe 2, tubuh tidak dapat menggunakan dan menyimpan glukosa (gula) dengan baik. Akibatnya, kadar glukosa di dalam aliran darah meningkat. Jika dibiarkan, kadar gula darah tinggi bisa memicu komplikasi berbahaya.


Glibenclamide bekerja dengan merangsang tubuh untuk memproduksi lebih banyak insulin dari biasanya untuk mengikat glukosa dalam aliran darah. Glibenclamide tidak diperuntukkan bagi penderita diabetes tipe 1 atau sedang mengalami komplikasi ketoasidosis diabetik.

Merek dagang glibenclamide: Daonil, Fimediab, Glibenclamide, Glidanil, Gluconic, Glucovance, Harmida, Hisacha, Latibet, Libronil, Prodiabet, Prodiamel, Renabetic, Trodeb

Apa Itu Glibenclamide?

GolonganAntidiabetes sulfonilurea
KategoriObat resep
ManfaatMembantu menurunkan kadar gula dalam darah pada penderita diabetes tipe 2
Dikonsumsi olehDewasa
Glibenclamide untuk ibu hamil dan menyusuiKategori C: Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil. Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.Belum diketahui apakah glibenclamide dapat terserap ke dalam ASI atau tidak. Bila Anda sedang menyusui, jangan menggunakan obat ini tanpa berkonsultasi dulu dengan dokter.
Bentuk obatTablet

Peringatan Sebelum Mengonsumsi Glibenclamide:

Glibenclamide tidak boleh digunakan secara sembarangan dan harus digunakan sesuai resep dokter. Sebelum mengonsumsi glibenclamide, Anda perlu memperhatikan beberapa hal berikut:

  • Jangan mengonsumsi glibenclamide bila memiliki alergi terhadap obat ini.
  • Hati-hati menggunakan glibenclamide jika Anda berusia 60 tahun ke atas, karena lebih berisiko mengalami hipoglikemia.
  • Hati-hati menggunakan glibenclamide jika Anda menderita gangguan ginjal dan hati, defisiensi G6PD, atau porfiria.
  • Beri tahu dokter obat-obat lain yang sedang dikonsumsi, termasuk suplemen dan obat herbal.
  • Beri tahu dokter riwayat penyakit Anda, terutama penyakit liver, penyakit ginjal, penyakit tiroid, gangguan hormon, gangguan elektrolit, dan gangguan sistem saraf.
  • Beri tahu dokter jika Anda berencana menjalani perawatan gigi atau operasi.
  • Hindari konsumsi minuman beralkohol selama mengonsumsi glibenclamide, karena bisa meningkatkan risiko gula darah rendah dan menyebabkan mual dan muntah.
  • Glibenclamide dapat membuat Anda lebih sensitif terhadap sinar matahari. Oleh sebab itu, hindari paparan sinar matahari secara berlebihan serta gunakan tabir surya jika keluar rumah.
  • Konsultasikan terlebih dulu dengan dokter jika Anda sedang hamil, menyusui, atau merencanakan kehamilan.
  • Segera ke dokter jika muncul reaksi alergi obat atau terjadi overdosis saat menggunakan glibenclamide.

Dosis dan Aturan Pakai Glibenclamide

Dosis awal glibenclamide adalah 2,5–5 mg per hari. Dosis bisa ditingkatkan setiap minggu sampai dosis maksimal 20 mg per hari. Untuk dosis yang lebih dari 10 mg per hari, glibenclamide bisa dikonsumsi 2 kali sehari.

Cara Mengonsumsi Glibenclamide dengan Benar

Selalu ikuti aturan pakai dan dosis yang diberikan oleh dokter. Jangan lupa untuk membaca petunjuk penggunaan yang ada di kemasan. Jika ragu, konsultasikan kembali dengan dokter.

Glibenclamide sebaiknya diminum saat sarapan. Agar lebih efektif, konsumsi obat ini di waktu yang sama setiap harinya.

Jika lupa mengonsumsi glibenclamide pada pagi hari, konsumsi obat ini pada jam makan berikutnya. Tapi jika Anda lupa sampai keesokan harinya, jangan menggandakan dosis.

Konsumsi glibenclamide secara rutin sesuai dosis yang telah ditentukan. Jangan menambah atau mengurangi dosis. Jika ingin mengganti merek glibenclamide, konsultasikan kembali dengan dokter. Hal ini karena kandungan glibenclamide yang ada di masing-masing merek bisa saja berbeda.

Konsultasikan terlebih dahulu dengan dokter sebelum memulai berolahraga, karena olahraga dapat memengaruhi kadar gula darah.

Selama mengonsumsi glibenclamide, Anda disarankan untuk memeriksakan kadar gula darah secara rutin. Selain rutin mengonsumsi glibenclamide, disarankan untuk mengonsumsi makanan yang bergizi untuk membantu mengontrol kadar gula dalam darah.

Pengobatan untuk diabetes memerlukan waktu seumur hidup. Oleh sebab itu, rutin kontrol dengan dokter, ikuti dosis glibenclamide yang diberikan oleh dokter, dan jangan menghentikan pengobatan tanpa berkonsultasi dulu dengan dokter.

Simpan glibenclamide di ruangan dengan suhu kamar. Jauhkan dari jangkauan anak-anak, dari panas, dan paparan sinar matahari langsung.

Interaksi Glibenclamide dengan Obat Lain

Berikut ini adalah beberapa efek interaksi yang dapat terjadi jika mengonsumsi glibenclamide bersama dengan obat-obatan lain:

  • Peningkatan kadar glibenclamide dalam darah jika dikonsumsi bersama antijamur, seperti miconazole dan fluconazole
  • Peningkatan efek hipoglikemia dari glibenclamide jika dikonsumsi bersama obat golongan MAOI, fenilbutazon, probenecid, ACE inhibitor, penghambat Beta, atau antibiotik, seperti chloramphenicol, ciprofloxacin, sulfonamida, atau tetracycline
  • Penurunan efektivitas glibenclamide dalam menurunkan kadar gula darah jika digunakan bersama rifampicin, barbiturat, kortikosteroid, diuretik, pil KB, atau hormon tiroid
  • Peningkatan risiko terjadinya kerusakan hati jika dikonsumsi bersama bosentan

Efek Samping dan Bahaya Glibenclamide

Sejumlah efek samping yang mungkin timbul akibat mengonsumsi glibenclamide adalah:

  • Berat badan meningkat
  • Mual
  • Sensasi terbakar di dada
  • Perut terasa penuh

Lakukan pemeriksaan ke dokter jika efek samping yang disebutkan di atas tidak membaik atau malah semakin parah.

Segera ke dokter jika muncul reaksi alergi obat yang ditandai dengan munculnya ruam merah yang terasa gatal di kulit, bengkak pada bibir dan kelopak mata, dan kesulitan bernapas, atau muncul efek samping yang lebih serius, seperti:

  • Hipoglikemia (kadar gula darah yang terlalu rendah), yang ditandai dengan gemetar, rasa lapar yang berlebihan, pusing, penglihatan kabur, keringat yang berlebihan, denyut jantung yang lebih cepat
  • Tanda infeksi, seperti demam dan sakit tenggorokan
  • Kulit dan bagian putih mata (sklera) menguning atau penyakit kuning
  • Rasa lelah atau lemas yang berlebihan
  • Bengkak di tangan atau kaki

Penderita diabetes perlu melakukan kontrol secara berkala untuk mengetahui kadar gula dan mencegah timbulnya hiperglikemia atau kadar gula darah tinggi yang ditandai dengan mudah haus, sering buang air kecil, dan napas yang cepat. Jika hal ini terjadi, dokter mungkin akan meningkatkan dosis glibenclamide.


Beberapa efek samping dan interaksi obat pada penggunaan glibenclamide dapat muncul.

Efek Samping

Efek samping yang mungkin timbul antara lain :

Hipoglikemia

Gangguan hati dan ginjal dapat menyebabkan peningkatan kadar glibenclamide dan penurunan kapasitas glukoneogenesis. Risiko tinggi hipoglikemia terjadi juga pada golongan geriatri, gangguan nutrisi dan gangguan adrenal, atau insufisiensi adrenal, dan pada terapi kombinasi.

Perlu perhatian pada pasien dengan penyekat beta-adrenergik karena dapat timbul hipoglikemia dengan gejala yang sedikit atau tanpa gejala.

Aktivitas berat atau tidak makan bisa menyebabkan hipoglikemia, sehingga penting bagi dokter untuk memberikan edukasi tanda dan gejala hipoglikemia.

Untuk menghindari hipoglikemia, sebaiknya glibenclamide dimulai dari dosis yang kecil dan bisa ditingkatkan setiap 2 – 4 minggu sampai target glikemik tercapai.

Reaksi Saluran Cerna Dan Hati

Di traktus gastrohepatologi dapat terjadi hal berikut :

  • Hepatitis dan ikterik kolestatik yang berlanjut menjadi penurunan fungsi hati
  • Penurunan fungsi hati (peningkatan enzim transaminase)
  • Gangguan saluran cena seperti mual, rasa penuh di perut (begah) dan sensasi dada terbakar

Reaksi Dermatologi

Reaksi dermatologi misalnya :

  • Reaksi alergi kulit seperti pruritus, eritema, urticaria dan mobiliformis atau erupsi maculopapular
  • Porphyria cutanea tarda
  • Reaksi fotosensitivitas yang meningkat

Reaksi Hematologi

Anemia hemolitik terjadi pada pasien dengan glucose-6-phosphate deficiency (G6PD) yang diberikan glibenclamide. Namun pada beberapa laporan juga terjadi anemia hemolitik tanpa adanya G6PD.

Reaksi Metabolik

Glibenclamide dapat menimbulkan hepatic porphyria dan reaksi menyerupai disulfiram (sangat jarang dilaporkan), serta hiponatremia dan SIADH (syndrome of inappropriate antidiuretic hormone) karena peningkatan fungsi ADH perifer yang dicurigai juga diaugmentasi oleh sulfonilurea.

Reaksi Kardiovaskular

Beberapa studi menyatakan bahwa sulfonilurea berpengaruh terhadap fungsi jantung dan dapat berhubungan dengan hasil yang lebih buruk pada infark miokard. Hal ini diduga karena ada interaksi dari sulfonilurea dengan sel otot jantung karena terdapat reseptor isoformis dari sulfonilurea pada sel otot jantung dan otot polos. Glibenclamide menghambat efek kardioproteksi yang dipicu oleh iskemik karena interaksi dengan kanal kalium ATP di mitokondria

Reaksi Lain

Reaksi lain yang dapat timbul adalah :

  • Fluktuasi gula darah dapat menyebabkan gangguan fungsi penglihatan
  • Reaksi alergi (selain kulit) seperti angioedema, atralgia, mialgia dan vaskulitis
  • Peningkatan berat badan[4,6,7,10]

Interaksi obat

Efek hipoglikemik dapat dipicu akibat interaksi dengan beberapa obat seperti obat anti-inflamasi non-steroid dan obat-obatan lain yang memiliki ikatan protein yang tinggi, salisilat, sulfonamid, chloramphenicol, probenecid, coumarin, monoamine oxidase inhibitor (MAOI) dan penyekat beta adrenergik.

Efek hiperglikemia dapat dipicu akibat interaksi dengan beberapa obat seperti tiazid dan diuretik, kortikosteroid, phenothiazine, produk tiroid, estrogen, kontrasepsi oral, fenitoin, asam nikotinik, simpatomimetik, obat penyekat kanal kalsium dan isoniazid.

Selain itu, glibenclamide berinteraksi dengan bosentan dengan cara menurunkan kadar obat satu sama lain dan meningkatkan efek toksik satu sama lain, serta terjadi peningkatan risiko kenaikan enzim liver.

Penggunaan glibenclamide dengan asam aminolevulinik dapat meningkatkan toksisitas satu sama lain.

Penggunaan dengan asam aminolevulinik dapat meningkatkan risiko fotosensitisasi.

Penggunaan dengan eluxadoline dapat meningkatkan kadar eluxadoline.

Penggunaan dengan etanol dapat mengganggu kontrol gula darah dan risiko terjadi reaksi disulfiram-like, yaitu reaksi hipersensitifitas yang ditandai dengan takikardia dan flushing.

Penggunaan bersama fluvastatin dapat meningkatkan kadar glibenclamide dengan mengganggu metabolisme di hepar dan usus (CYP3A4).

Penggunaan bersama ivacaftor meningkatkan kadar glibenclamide.

Penggunaan bersama methyl aminolevulinate meningkatkan toksisitas satu sama lain karena efek sinergisnya.

Penggunaan glibenclamide bersama rifampisin dilaporkan menyebabkan perburukan dari gula darah puasa dan post-prandial.

Sumber : 

Rasulullah ﷺ
“Setiap penyakit ada obatnya, dan bila telah ditemukan dengan tepat obat suatu penyakit, niscaya akan sembuh dengan izin Allah”
Anjuran: Selama menjalani pengobatan mandiri, sebaiknya tetap cek ulang gula darah anda dan konsultasi kan dengan ahlinya.