Saat seseorang mengalami resistensi insulin, pankreas tetap memproduksi insulin, tapi sel-sel tubuh tidak menyerap glukosa sebagaimana mestinya. Kondisi ini menyebabkan penumpukan glukosa di dalam darah, sehingga membuat kadar glukosa tubuh lebih tinggi dari ukuran normal. Pada tingkatan yang lebih parah, kondisi ini dapat menyebabkan diabetes tipe 2. Bila kadar glukosa lebih dari normal namun belum masuk pada kriteria diabetes tipe 2, kondisi ini disebut prediabetes.

Faktor Risiko Pemicu Resistensi Insulin

Penyebab resistensi insulin belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa hal yang memiliki keterkaitan ataupun menjadi faktor seseorang lebih berisiko mengalami resistensi insulin, di antaranya:

  • Kelebihan berat badan atau obesitas.
  • Kebiasaan hidup yang kurang sehat, seperti merokok dan jarang beraktivitas fisik atau olahraga (sedentary lifestyle).
  • Memiliki anggota keluarga yang menderita diabetes.
  • Kebiasaan mengonsumsi makanan berkadar gula dan karbohidrat tinggi.
  • Mengalami diabetes gestasional.
  • Kehamilan.
  • Stres berkepanjangan.
  • Sedang mengonsumsi obat kortikosteroid.
  • Seorang pria dengan lingkar pinggang lebih dari 90 cm dan wanita dengan lingkar pinggang lebih dari 80 cm.
  • Berusia lebih dari 45 tahun.
  • Memiliki riwayat tekanan darah tinggi, kadar kolesterol atau trigliserida tinggi, dan penyakit jantung.
  • Menderita sindrom ovarium polikistik.

Selain lebih berisiko mengalami diabetes tipe 2, penderita resistensi insulin dapat memiliki ataupun lebih berisiko mengalami gangguan kesehatan sebagai berikut:

  • Perlemakan hati
    Perlemakan hati adalah penumpukan lemak di dalam organ hati yang diakibatkan oleh lemak yang tidak terkontrol. Salah satu penyebabnya yaitu resistensi insulin.
  • Aterosklerosis
    Aterosklerosis adalah penebalan dan pengerasan dinding arteri besar atau sedang. Aterosklerosis berisiko menyebabkan stroke, penyakit jantung koroner, dan penyakit pembuluh darah tepi.
  • Luka pada kulit, akantosis nigrikans, dan skin tag
    Kadar gula darah yang tinggi karena resistensi insulin dapat mengganggu proses penyembuhan luka. Sebagian penderita resistensi insulin dapat mengalami kondisi yang disebut akantosis nigrikans dengan ciri-ciri bercak hitam pada leher, ketiak, atau pangkal paha. Sementara itu, skin tag adalah permukaan kulit yang menonjol atau menggantung.
  • Sindrom ovarium polikistik/polycystic ovary syndrome (PCOS)
    PCOS adalah gangguan hormonal yang berdampak kepada siklus menstruasi wanita. Kondisi ini juga dapat berdampak pada kesuburan wanita.
  • Gangguan pertumbuhan
    Insulin dalam kadar tinggi dapat berdampak kepada pertumbuhan badan karena insulin sendiri adalah hormon yang mendukung pertumbuhan.

Cara Mengurangi Risiko Resistensi Insulin

Meski belum diketahui secara pasti apa penyebabnya, namun kabar baiknya ada cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi risiko terkena resistensi insulin dan mencegah diabetes, antara lain:

  • Olahraga selama setidaknya 30 menit per hari dengan jenis aktivitas sedang, misalnya jalan cepat. Lakukan aktivitas ini minimal 5 kali dalam seminggu.
  • Biasakan untuk mengonsumsi makanan sehat, seperti buah-buahan, sayur-sayuran, kacang-kacangan, protein, dan biji-bijian utuh. Jauhi makanan berkolesterol tinggi.
  • Jaga berat badan agar tetap ideal. Jika Anda kelebihan berat badan, konsultasikan kepada dokter untuk menjalani program penurunan berat badan secara sehat.
  • Batasi konsumsi karbohidrat dengan indeks glikemik tinggi yang dapat meningkatkan kadar gula darah secara cepat, seperti roti putih, gula, dan jagung mentah. Sudahi pula kebiasaan mengonsumsi produk olahan dari kentang seperti keripik kentang atau kentang goreng, serta makanan berkolesterol tinggi.
  • Konsumsi makanan dengan indeks glikemik rendah, seperti makanan kaya serat (nasi merah, roti gandum utuh) dan sayuran bebas tepung (asparagus, wortel, brokoli).

Karena resistensi insulin biasanya tidak menimbulkan gejala khusus, maka cara terbaik untuk mengetahuinya adalah dengan melakukan pemeriksaan kesehatan rutin dan tes darah untuk mengetahui kadar gula darah dan tes HbA1C. Tes HbA1C merupakan tes darah untuk mengevaluasi kadar gula darah dalam 3 bulan terakhir. Sebagai langkah pencegahan, sebaiknya periksakan kadar gula darah secara rutin dengan berkonsultasi ke dokter terlebih dahulu.

Sumber : alodokter.com